
PROBLEMATIKA UMAT
Review materi yang disampaikan pada Up grading Pemandu AAI FIB UGM tgl 8 Desember 2012 oleh Drs. Ariyanto M.Hum.
Berbicara tentang problematika umat Islam, maka akan sangat luas dan panjang bahasan yang dapat didiskusikan bersama. Karena problematika umat telah merambah semua sisi kehidupan. Sebelum mebahas tentang problematika umat, ada 3 hal yang harus dipahami tentang hakikat seorang muslim:
a.Setiap muslim harus dapat memahami dengan benar nilai-nilai yang terkandung dalam Dinul Islam serta menghayatinya.
Setiap muslim harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam seluruh ruang kehidupannya.
Setiap muslim harus tunduk dan menyerah kepada Allah SWT, baik lahir maupun batin, dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan menerapkan 3 hal di atas, maka seorang muslim telah memasuki rumah Islam secara kaaffah (sempurna). Dengan degitu, tidak ada sisi kehidupannya yang tidak ia warnai dengan nilai-nilai luhur Islam. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (kaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah: 208)
Umat muslim memiliki identitas yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an:
Sebagai umat yang adil
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.…” (Al-Baqarah: 143)
Sebagai umat yang terbaik
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali-Imran:110)
Namun seiring berjalannya waktu dengan disertai perubahan zaman yang begitu cepat. Kemajuan segala aspek kehidupan selain membawa manfaat juga membawa masalah. Permasalahan ini sebenarnya diawalai oleh stagnansi umat dalam segala bidang sehingga kemudian dapat dimanfaatkan oleh jaringan konspirasi pihak-pihak yang memusuhi umat Islam, yang kemudian dapat digaris bawahi sebagai Problematika Umat. Secara umum, ada dua jenis problematika umat, yaitu: Problematika Internal dan Problematika Eksternal.
1. Faktor Internal
a. Faktor Keimanan
Iman terletak dalam hati setiap umat muslim yang artinya mempercayai. Dalam kata lain, inilah dasar dalam beragama. Maka dapat dibayangkan jika iman saja sudah mengalami masalah, maka masalah-masalah selanjutnya akan segera mengikuti.
- Terganggunya kemurnian Ibadah. Salah satu yang paling khas di Indonesia adalah akulturasi antara budaya dan agama. Banyak yang mencampur-adukkan ibadah dengan kegiatan kebudayaan yang padahal bersifat syirik. Contohny saja: acara sekaten atau pengkhultusan kerbau putih di Solo. Padahal jelas perintah Allah “Wa maa umiru illa liya’budullaaha mukhlishiina lahud-diin
‘ yang artinya “Tidaklah kamu diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan pengabdian dalam beragama.”
Rendahnya kualitas keimanan seseorang juga dapat disebabkan karena rendahnya pemahaman pada ajaran Islam.
- Diacuhkannya Al-Qur’an. Dalam surat Al-Furqan ayat 30 : “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”.
Ibnu Taimiyah, mendeskripsikan orang-orang yang mengacuhkan Al-Qur’an ini dalam beberapa kelompok. Kelompok 1 adalah umat muslim yang tidak bisa membaca Al-Qur’an namun tidak pernah berusaha untuk belajar membacanya. Kelompok 2 adalah umat muslim yang bisa membaca Al-Quran, namun tidak atau jarang membacanya. Kelompok 3, umat muslim yang bisa dan rajin membacanya namun tidak mentadabburinya lalu yang terakhir umat muslim yang membca dan mentdabburinya tapi tidak mengamalkannya.
b. Faktor Pendiikan
Salah satu yang menyebabkan kemunduran Islam adalah kebiasaan umat muslim yang mengamalkan sesuatu hanya karena tradisi atau ikut-ikutan. Dengan alasan, “nenek moyang kami dahulu melakukan hal ini, maka kami pun melakukannya”, padahal tidak diketahui sama sekali dalilnya. Hal semacam disebut taqlid, sehingga tidak diperbolehkan karena Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.Al-Isra:36)
Dikarenakan pengetahuan tentang Islam yang masih sangat rendah, sehingga ibadah yang dilaksanakan masih sebatas secukupnya saja (yang penting sudah dilaksanakan). Contonhya sholat hanya sebatas menggugurkan kewajiban, puasa hanya menahan lapar dan haus dan zakat secukupnya saja. contoh lain adlaah “malas melaksanakan haji” padahal dengan sadar sudah memiliki kemampuan finansial dan fisik yang cukup.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan
Faktor ilmu pengetahuan disini lebih condong ke ilmu yang bersifat duniawi, terutama teknologi. Umat Islam selalu terlihat tertinggal. Tidak mampu menguasai teknologi secara baik sehingga ketika orang-orang kafir, lebih khususnya, ilmuwan sekuler merajai dunia , umat Islam hanya bisa diam tanpa mampu berbuat apa-apa kecuali protes.
d. Faktor Perbedaan Paham/Aliran
Umat Islam juga terpecah karena sudah semakin banyaknya aliran atau paham yang berbeda-beda. Terutama di Indonesia, entah itu golongan, organisasi atau paham aliran, menjamur dimana-mana. Yang menjadi masalah adalah ketika gologan satu merasa selalu lebih baik dari golongan lain sehingga terkadang timbullah knflik dari skala paling kecil hingga paling besar. Dalam hal ini, perlu kesadaran bersama seuruh umat Muslim untuk mengembalikan Islam ke Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga tidak timbul lagi perpecahan semacam ini. Allah berfirman:
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfaal: 46)
e. Lunturnya Ukhuwah
Permasalahn sosial pun menjadi salah satu puncak dari problematika ini. Beberapa masalah paling menyita perhatian adalah:
- Hilagnya persatuan: contohnya tawuran antar pelajar bahkan antar masyarakat dalam satu lingkungan yang makin marak terjadi.
- Keruntuhan moral: Narkoba, minuman keras serta seks bebas sudah menjadi rahasia umum dalam kehidupan sosial Indonesia.
- Perdagangan anak dan seks komersial remaja juga kian marak.
Maka perhatikanlah firman Allah:
(1) “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (al-Maaidaah: 91)
(2) “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-Israa’: 32)
Juga hadits nabi:
Dari Abdillah ibnu Umar ra. berkata, “Rasulullah saw. telah bersabda, ‘Wahai, Kaum Muhajiriin, ada lima hal yang aku khawatirkan jika menimpa serta menguji kalian, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mendapatkannya. Tidaklah perzinahan merajalela pada suatu kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan menyebar penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi pada umat yang sebelumnya, dan tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran, kecuali akan ditimpa paceklik serta mahalnya harga kehidupan ditambah dengan pemimpin yang tiran…” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
2. Faktor Eksternal
a. Invasi pemikiran (Ghazwul Fikr)
Inavsi pemikiran yang dimaksudkan adalah upaya suatu bangsa untuk menguasai pemikiran (konsep) tatanan kehidupan bangsa lain agar bangsa itu mengikuti pandangan hidup bangsa itu (yang menginvasi) dalam hal: idealisme, pandangan hidup, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa, etika serta norma-norma kehidupan yang ditawarkan bangsa penginvasi. Tujuannya adalah untuk menghancurkan umat Islam itu sendiri dengan tergantinya norma agama oleh norma bangasa barat sehingga umat Islam lama-kelamaan akan melupakan dien-nya sendiri.
Langkah kerja mereka adalah:
(1) Merusak Islam dari segi aqidah, ibadah, norma, dan akhlak;
(2) Memecah dan memilah kaum Muslimin di muka bumi dengan sukuisme dan nasionalisme sempit;
(3) Menjelek-jelekkan gambaran (kesan) Islam, misalnya: teroris, poligami, dsb.
(4) Memperdayakan muslim dengan menggambarkan bahwa segala kemajuan kebudayaan dan peradaban dicapai dengan memisahkan ilmu pengetahuan dan agama.
Ghazwul fikr secara umum terkait dengan 3 hal yang paling besar yaitu:
1. Zionisme: sebuah gerakan politik bangsa yahudi yang bertujuan mendirikan negara di tanah palestina dengan tujuan jangka panjang yaitu menguasai dunia dan menciptakan pemerintahan yahudi raya. Merusak citra Islam adalah tujuan dasar mereka melalui berbagai media massa.
2. Orientalisme: sebuah kajian yang dilakukan bangsa barat untuk meneliti negara-negara timur (khususnya Islam) mengenai sosial, budaya, politik, ekonomi dan semuanya. Tujuan awal mereka adalah meniru keberhasilan Islam di masa jayanya dulu ketika bangsa barat tenggelam dalam kegelapan. Motivasi yang muncul kemudian adalah motivasi imperialisme, menjauhkan umat dari Islam dan motibasi ekonomi, memunculkan keraguan dalam Islam.
3. Kristenisasi: secara bahasa adlah upaya untuk mengkristenkan orang lain dan menyebarkan ajarannya ke berbagai bangsa. Namun, bukan hanya pengkristenan, tetapi lebih ke tujuan untuk mengeluarkan orang-orang Islam dari keislamannya. Ingat firman Allah:
“Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…” (QS. Al-Baqarah: 120)
b. Sekulerisme
Sekulerisme merupakan upaya pemisahan ilmu pengetahuan dengan ilmu agama dengan tujuan untuk menghilangkan peran agama dalam kehidupan terutama dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan sehingga timbullah keraguan kepada agama Islam. Sekulerisme dianggap baik oleh bangsa barat karena merupakan perlawanan dari gereja pada abad pertengahan serta mereka menganggap bahwa keberhasilan Turki karena pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama. Sekulerisme menganggap agama hanyalah ritual semata dan tidak punya relevansi dengan kehidupan nyata. Selain itu agama dianggap hal yang negatif karena mendorong masyarakat untuk mengabaikan kehidupan aktual mereka.
c. Materialisme
Puncak dari paham ini adalah berlakunya sistem kapitalisme yang mulanya berawal dari pengembangan iptek yang berorientasi pada material. Ironisnya umat muslim sadar atau tidak mengikuti pola ini untuk bertahan dalam kehidupan sosial saat ini dikarenakan keterbelakangan dalam banyak hal. Cara paling umum adalah memberikan pinjaman lalu sebagai imbalannya mereka (bangsa barat) memperoleh hak investasi dan memasok negara muslim dengan harta dan proyek umum . setelah itu pengendalian pola ekonomi akan lebih mudah dilakukan bangsa barat. Puncaknya, setelah ekonomi, pengendalian pun bisa menjalar hingga pendidikan, hukum hingga peradaban.
SOLUSI
Untuk menghadapi berbagai problematika umat dewasa ini, seluruh Umat Islam harus membangun kembali kesadaran akan agamanya dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi kehidupannya.
Ada tujuh fokus yang sangat mendasar yang setiap individu muslim harus memperbaiki dirinya dalam hal berikut:
1. Memiliki Ilmu Pengetahuan
Dalam artian memiliki ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya untuk membangun peradaban Islam. Secara khusus, ilmu agama tentang syariat-syariat Islam untuk beribadah kepada Allah dalam kehidupan.
Dasarnya adalah:
(1) “…Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Q.S. Az-Zumar:9)
(2) Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
(3) Imam Syafi’i berkata:
“Sesungguhnya jati diri seorang pemuda—demi Allah—ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”
2. Tarbiyah
Pengajaran atau tarbiyah hendaknya dilaksanakan secara kontinyu.
Dasarnya adalah:
(1) “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali-Imran:104)
3. Jihad
Berjihad dengan bersungguh-sungguh di jalan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Dasarnya:
“Hai orang-orang yang beriman,
a. ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
b. berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
c. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia,
d. dirikanlah sholat, tunaikan zakat,
e. berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (Q.S. Al-Hajj : 77-78)
4. Taqwa
Bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya dengan memperhatikan 4 aspek:
a. Tanamkan pemahaman bahwa semua umat Muslim bersaudara
b. Santun kepada sesama muslim dan keras kepada orang-orang kafir yang memusuhi umat Islam
c. Hindari taqlid buta pada suatu aliran sehingga dapat memecah belah ukhuwah karena merasa paling benar
d. Ber-Islam kaffah (menerapkan syariat Islam dalam kehidupan)
5. Berantas Sekularisasi
Paham tentang pemisahan Ilmu Agama dan non-Agama ini haruslah diberantas sebab semua urusan dunia tentu berkaitan dengan akhirat. Ilmu agama dan pengtahuan tak bisa dipisahkan sama sekali. Kemajuan ilmu pengtahuan tidak boleh membuat manusia menjadi sombong dan lupa pada sang pencipta.
6. Islamisasi Ilmu pengetahuan
maksudnya adalah penguasaan sains dan ternologi sesuai dengan tuntunan islam serta mengharapkan keberpihakan atau loyalitas ilmuwan muslim kepada agama dan negaranya, serta mengharapkan kepedulian negara, khususnya, pada pengetahuan dan pada ilmuwan. Posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi, seharusnya memelihara bumi demi kesejahteraan umat. Salah satu alatnya adalah dengan ilmu pengetahuan.
7. Lawan kapitalisme
a. Menata perekonomian Islam untuk menangkal paham materialisme dan kapitalisme dengan menerapkan sistem perekonomian yang islami.
b. Mengurangi ketergantungan ekonomi dari pada kapitalisme barat.
c. Berupaya menjadi bangsa mandiri secara ekonomi.
Sebuah Anekdot:
“Sebungkus super Mie bisa lebih berharga dibandingkan dengan akidah dan keimanan.”
picture taken from:justcollege.com