BERITA kecelakaan Tugu Tani yang menewaskan sembilan orang tentu saja sangat membuat kita miris. Apalagi, kecelakaan tersebut disebabkan pengemudi mobil mabuk dan berada di bawah pengaruh obat terlarang. Peristiwa ini bukan hanya menjadi peristiwa kecelakaan biasa, namun juga mengingatkan kita kembali bahwa narkoba dan miras bukan menjadi barang baru di negeri ini.
Sekira awal 2000 kita selalu disuguhi berita tentang pemberantasan narkoba. Kita ingat betapa giatnya polisi memberantas narkoba di seantero negeri, apalagi terkait Indonesia adalah jalur transit narkoba. Nampaknya saat ini Indonesia bukan hanya sekadar jalur transit penyebaran narkoba, tapi sudah menjadi pasar empuk bagi para gembong narkoba bahkan pusat penyebaran narkoba. Namun, perhatian polisi saat ini sepertinya hanya untuk kasus terorisme maupun kasus korupsi. Lupa bahwa narkoba adalah musuh yang terus menggerogoti bagaikan kanker.
Polisi seharusnya juga mengawasi peredaran miras dan narkoba karena kita sudah banyak dicekoki kasus di mana penyebab awalnya adalah miras dan narkoba. Sering kita mendengar orang meninggal gara-gara miras oplosan. Tentu saja ini sangat miris, menandakan bahwa pengawasan polisi sangat tidak ketat terhadap penjualan miras. Seharusnya tidak setiap warung kecil berhak menjual miras yang tidak diketahui asal usulnya. Yang kedua, hal ini menandakan lemahnya mental manusia Indonesia yang setiap ada masalah — atau bahkan mungkin ketika tidak ada masalah — langsung lari ke miras.
Tak layak kita hanya menyalahkan polisi atas begitu mudahnya masyarakat kita mendapatkan narkoba dan miras, meskipun polisi memang unsur penting yang mendukung agar pengonsumsian narkoba berkurang atau bahkan tidak ada. Namun, ada satu hal yang harus kita sadari yaitu bagaimana agar kita tidak lari ke narkoba atau miras ketika mendapatkan masalah atau hanya ingin mendapatkan hiburan.
Ada satu ungkapan bahwa memang meminum miras atau mengonsumsi narkoba terlihat kecil (dosanya) dibandingkan membunuh atau korupsi, namun dari hal yang kecil inilah dosa-dosa besar bisa diperbuat. Tak ada jalan lain kecuali menghindari penyebab awalnya. Perkuat iman, tegakkan hukum, untuk Indonesia yang lebih baik.
Asma Azizah
Jurusan Bahasa Korea
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Penggiat Diskusi Epistemik