Maka dapat dijumpai tidak
sedikit di antara para budak yang berhasil merdeka itu yang akhirnya
kebingungan mau apa setelah merdeka. Hal ini dikarenakan mereka sudah
terlalu lama berada dalam penguasaan orang lain, sehingga tidak tahu
lagi apa yang harus dilakukan sebagai manusia bebas. Banyak di antara
mereka yang tidak bisa mencari nafkah, sehingga tidak sedikit dari
mereka yang akhirnya memutuskan diri untuk kembali menjadi budak.
Karena dalam benak mereka, menjadi budak lebih mudah daripada harus
menjadi manusia bebas.
Namun tidak boleh dimungkiri
bahwa tetap ada di antara mereka yang memilih untuk bertahan,
membentuk semacam kelompok agar mereka tetap bertahan menghadapi
kerasnya hidup di luar sana, setelah mereka terlepas dari perbudakan.
Dan kelompok ini berhasil.
Selalu ada risiko dalam setiap
kemerdekaan. Sebuah risiko untuk mampu tetap exist di
tengah segala keterbatasan yang ada. Lihatlah ketika Indonesia
berhasil memerdekakan diri dari penjajahan. Begitu banyak hal yang
harus dibenahi, tampuk pemerintahan harus segera diisi agar urusan
pelayanan publik terjamin dengan baik, urusan kebutuhan pokok,
transportasi, pendidikan hingga pertahanan untuk menjaga agar
penjajah tidak kembali lagi ke negeri ini.
Ya, butuh usaha lebih keras
untuk bisa bertahan karena tidak ada lagi majikan atau penjajah yang
mengatur segala sesuatunya. Kita yang sebelumnya tidak tahu banyak
tentang atur mengatur pemerintahan dan segala hal yang menguasai
hajat hidup orang banyak, tiba-tiba harus menanganinya, maka jika ada
hal-hal yang kurang pas di sana-sini, hal itu masih bisa dimaklumi.
Semua akan lebih baik seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya kemampuan.
Namun
merdeka bukan hanya soal bangsa yang terbebas dari belenggu penjajah.
Merdeka juga bisa sangat personal sebagaimana yang saya uraikan di
atas. Bukan saja merdeka dari belenggu penjajahan orang lain, tetapi
juga merdeka dari segala belenggu penjajahan diri. Momen Ramadhan
adalah momen yang paling tepat untuk berlatih memerdekakan diri. Kita
berlatih untuk tidak mau dijajah oleh nafsu. Dan tentunya, engkau
sudah mahfum bagaimana rasanya. Selalu dibutuhkan kesabaran lebih
ekstra,tekad lebih kuat, dan kesadaran untuk tetap bebas yang lebih
besar.
Boleh jadi, bagi sebagian orang,
menjadi merdeka terlihat lebih menderita. Bahkan bagi sebagiannya
lagi, merdeka memang terasa menderita. Bagi mereka, lebih mudah untuk
hidup di bawah penjajahan, lebih mudah untuk hidup dalam belenggu,
karena hidup dalam kondisi seperti itu, mereka hanya cukup bekerja
sesuai perintah penjajah. Mereka tidak harus berpikir bagaimana harus
mandiiri, bagaimana harus mencari makan sendiri. Mereka “menikmati”
keterjajahan mereka.
Ramadhan adalah momen untuk
memerdekakan diri dari nafsu, sehingga diharapkan setelah kita
berproses selama sebulan di dalamnya, kita sudah terbiasa untuk tidak
terjajah dan terlepas dari belenggu nafsu kita. Maka, Allah
menjadikan Idul Fitri sebagai hari raya, boleh jadi adalah untuk
merayakan kemerdekaan kita atas diri kita sendiri yang sudah tidak
terjajah nafsu.
sumber gambar dari sini
Maka tanyakanlah pada diri kita,
apakah kita sudah merdeka atas diri kita?